top of page

Si Anak Labil yang Diselamatkan Tuhan (Perkenalan)

Updated: Oct 8, 2024

Shallom,

teman-teman selamat datang diblog Klaudius Ivan Regiamtama. 


Jika kalian masuk setelah membaca judul postingan ini, maka sekarang kalian akan mengenal lebih lanjut siapakah Si anak labil yang diselamatkan Tuhan.


Nama Panggilan


Klaudius, itulah panggilan yang ku gunakan saat dibangku TK dan digunakan lagi pada masa perkuliahan. Kenapa ada jeda dari bangku TK ke masa perkuliahan? 


Ya sesuai judulnya anak labil, jadi aku memiliki banyak panggilan, saat SD-SMP aku ingin dipanggil Ivan, namun teman-temanku memanggilku gendut, karena bentuk badanku yang bulat dan wajahku yang menyatu dengan badan.


Namaku berubah lagi saat SMA, panggilanku menjadi "Ciu". Kenapa "Ciu"? karena pernah ketawan minum "Ciu"? ngga lah.


Dulu aku punya "pacar" (umur hubungan ini hanya 3-hari) kami bertemu di game "ayodance", nama panggilannya Cia, karena ku sering cerita masalah-masalah pacaranku kepada seorang teman, akhirnya ia memanggilku "Ciu". Cia & Ciu ? Lucu ya, kaya suara anak kecil main tembak-tembakan.


ba..dum..tss..(lanjut)


Hanya sedikit orang yang tau asal usul nama panggilanku itu, karena menurutku dulu itu adalah aib yang tidak harus banyak diceritakan ke orang-orang. Namun aku ingin menceritakannya di dalam post ini supaya aku bisa lebih terbuka kepada kalian semua.


Mungkin kalian bertanya kenapa namaku dimasa kuliah kembali lagi. Dasarnya adalah aku ingin menjadi pribadi yang baru. Tapi kenapa harus Klaudius? ini keputusan yang menurutku bukan pilihanku semata-mata,namun ada campur tangan Tuhan.


Klaudius adalah nama panggilanku saat TK dimana aku masih anak-anak. Aku baru menyadari sekarang bahwa secara tidak langsung, aku membawa hati Klaudius kecil untuk masuk kedalam dunia perkuliahan.


Mrk 10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil , ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Sehingga aku menjadi pribadi yang benar-benar bersih dan baru, tidak membawa semua kebiasaan burukku dimasa SD-SMP-SMA ke masa perkuliahan dan aku terbuka terhadap pekerjaan Tuhan dalam hidupku.


Latar Belakang Keluarga


Aku anak kedua dari keluarga Katolik, dan keturunan Tionhoa Semarang. Ya, papa, mama, dan ciciku, mereka semua beragama Katolik. Namun hanya keluarga intiku saja yang beragama Katolik. Selain keluarga inti saudaraku-saudaraku ada yang beragama Kristen, Budha, Islam. Jadi aku sudah terbiasa hidup dalam keberagaman agama. Bukan berarti aku membeda-bedakan, namun perbedaan kepercayaan sudah ku alami sejak kecil. 


Kis 16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

Mungkin kalian sering membaca ayat tersebut, namun berapa banyak dari kita yang membaca dan mengimaninya?


Ayat ini menjadi kekuatan bagiku semasa kuliah, kenapa? akan kita bahas di bagian selanjutnya.


Kembali ke topik latarbelakang keluarga. Meskipun keluarga intiku Katolik, namun sejak kecil dulu yang aku ingat sampai masa SMA, keluargaku tidak benar-benar mengimani Katolik secara benar. Terlihat dari setiap kali datang ke Misa seringkali kami datang terlambat. Minimal bacaan pertama, padahal jarak rumah kami ke gereja hanya tidak lebih dari 100 m. 


Tidak hanya sampai situ, yang lebih memalukan sudah datang terlambat, dengan beraninya kami duduk di beris terdepan karena sudah tidak ada tempat duduk di belakang. Kamu harus tahu, rasanya maju kebaris terdepan itu malunya lohh, seperti orang tertangkap maling sandal! Bayangkan, dilihat oleh setiap orang yang aku lewati, baris demi baris bangku gereja yang penuh dengan orang itu.


Rasa malu yang berlebihan itu sampai membuatku pernah bermimpi aku datang terlambat ke misa, seperti biasa jalan ke baris terdepan. Namun saat aku hampir sampai di baris depan, romo (pemimpin perayaan kudus dalam agama Katolik) memanggil namaku dan menegurku dengan keras. Katanya, "kamu itu tidak tahu malu! sudah datang terlambat, dan mau duduk paling depan?!" kemudian aku terbangun.


Entah apa arti mimpi itu namun aku merasa sangat ditegur untuk tidak datang terlambat ke Misa Kudus.


Kepribadian Masa Pra Kuliah


Kalian sudah tahu nama panggilanku dan latarbelakang keluargaku, sekarang aku ingin menceritakan soal kepribadianku. Kalau baca kembali judulnya, emang ada apa dengan aku saat masa pra kuliah?


Jadi begini ceritanya, semasa umur 5-8 tahun aku anak yang sangat penurut, papa dan mama ku selalu menceritakan keorang lain kalau aku anak yang sangat baik, menuruti semua yang diminta orang tuaku, saat belajar aku lebih mudah dan cepat mengerti pelajaran, tidak seperti ciciku yang banyak menentang, dan kalau belajar harus banyak diulang-ulang dan usaha yang lebih banyak.


Perbandingan itu yang mungkin membuat aku dan ciciku sering bertengkar, karena ada yang selalu merasa lebih dan ada yang selalu merasa kurang. Pertengkaran itu membuatku tertekan sehingga hubunganku dengan ciciku tidak baik.


Ketika masa SMA, aku masih saja bertengkar meskipun dalam hal-hal kecil seperti soal duduk dikursi depan mobil, dapat makanan yang lebih sedikit, dll. Permasalahan hubungan dalam keluarga yang tidak baik ini membuatku sungguh kecewa. sehingga aku melampiaskannya keluar.


Pelampiasanku adalah aku banyak main di warnet, keluar rumah dan pulang sampai malam, tidak pernah mau belajar, menentang orang tua, tidak bisa berbicara baik-baik dengan orang tua, dll. Hal ini berlangsung selama aku SMA bahkan setelah aku berpisah dari ciciku karena dia kuliah di Bandung.


Namun ada satu titik dimana Tuhan mulai menunjukkan jalan-Nya.


Sebuah Titik Cahaya


Mari kita ingat kembali ayat di bagian sebelumnya, yaitu Kis 16:31.

Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

Kenapa aku tadi bilang bahwa ayat ini menjadi peganganku selama masa perkuliahan? Karena menurutku rencana penyelamatan Tuhan bagi diriku itu dimulai dari keluargaku.


Ketika aku dibangku kelas tiga SMA, berarti setelah berpisah jauh selama dua tahun dengan ciciku. Aku sama sekali tidak ada rasa rindu kepadanya, namun saat kami bertemu di masa liburan aku merasakan sesuatu yang berbeda darinya, seorang yang berbeda seratus delapan puluh derajat (180°). Entah kenapa rasa benci yang biasa muncul setiap melihatnya itu tidak ada lagi.


Dan ada beberapa nasehat yang ia berikan kepadaku. Yaitu aktif di KMK dan Persekutuan Doa di BINUS


Nasehat ini yang akhirnya membuatku penasaran, apa ini yang membuat dia berubah? Senakal-nakalnya aku. Masih ada rasa bersalah dan kesedihan melihat hubungan yang tidak baik di dalam keluarga dan diriku sendiri. Rasa itu mendorongku untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.


Dengan bermodalkan nasihat dari cici, dan orang tuaku, dan tekat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, aku masuk ke dunia perkuliahan, merantau ke Jakarta sendirian.

Berkat-berkat Tuhan mulai aku rasakan begitu banyaknya, melalui setiap kegiatanku diperkuliahan, organisasi, pertemanan, relasi pribadi dengan Tuhan.


Cerita karya keselamatan Tuhan bagi anak labil ini akan berlanjut di Post selanjutnya mengenai berkat diawal perkuliahan, organisasi, persekutuan doa, percintaan, pertemanan. Nantikan kelanjutannya di post-post selanjutnya.


Terima kasih banyak sudah membaca sampai bawah.

Recent Posts

See All
It's All About Mindset

In the last blog I already give you a question, Why do I still working as a programmer even though I don't want this job in the first...

 
 
 

Comments


bottom of page